Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2017

Sejarah Banjarmasin

Gambar
BANJARMASIN itu lahir pada 24 September 1526? Hipotesis sejarah yang diungkap guru besar ilmu sejarah FKIP Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin, Prof M Idwar Saleh yang melahirkan karya-karya tulis kronologis Kesultanan Banjar di bawah pimpinan sang raja pertama; Sultan Suriansyah tetap jadi rujukan sahih. SEPERTI adagium sejarah adalah bersifat nisbi, tetap jadi perdebatan hingga kini. Peneliti sejarah FISIP ULM Banjarmasin, Apriansyah yang mengutip jurnal perjalanan I’tsing, seorang pengembara Buddha asal Tiongkok ke India dan berlanjut ke Nusantara pada abad ke-7 (671-685), dengan dua karya monumental berjudul Nan-Hai Chi-Kuei Neifa Chuan (Catatan Ajaran Buddha yang Dikirim dari Laut Selatan), dan Tan-Tang His-Yu Chiufa Kao-Sheng Chuan atau Catatan Pendeta-Pendeta yang Menuntut Ilmu di India, Zaman Dinasti Tang) selesai pada 689-692. “Banjarmasin itu ada sejak abad ke-7, sebelum kelahiran Kesultanan Banjar di Kampung Kuin,” ujar Apriansyah, beberapa waktu la

Hikayat Putri Junjung Buih

Gambar
Puteri Junjung Buih atau Poetrie Djoendjoeng Boeih atau Poetri Djoendjoeng Boewih adalah seorang Raja Puteri dari Kerajaan Negara Dipa menurut Hikayat Banjar. Puteri ini berasal dari unsur etnis pribumi Kalimantan. Kerajaan-kerajaan di Kalimantan biasanya mengaku sebagai keturunan dari puteri pribumi ini. Puteri Junjung Buih merupakan anak dari Ngabehi Hileer dan merupakan saudara angkat Lambung Mangkurat yang diperolehnya ketika "balampah" (bahasa Banjar : bertapa) yang muncul sebagai wanita dewasa dari dalam buih di sungai. Raja puteri ini kemudian menikah dengan Pangeran Suryanata dari Majapahit. Salah seorang anak mereka yaitu Pangeran Aria Dewangga menikah dengan Putri Kabuwaringin, puteri dari Lambung Mangkurat (unsur pendiri negeri), kemudian mereka berdualah yang menurunkan raja-raja dari Kerajaan Negara Dipa, Kerajaan Negara Daha hingga Kesultanan Banjar dan Kepangeranan Kotawaringin. Menurut mitologi rakyat pesisir Kalimantan seorang raja haruslah ketu

Putri Junjung Buih

Gambar
Putri Junjung Buih merupakan sosok yang tidak asing di Kalimantan Selatan dan wilayah sekitarnya. Tapi siapa sesungguhnya Putri Junjung Buih masih belum jelas hingga sekarang. Riwayat hidupnya diselimuti kisah legenda. Junjung Buih pernah menjadi nama sebuah plaza di Kota Banjarmasin pada tahun 1990-an. Plaza Junjung Buih menempati bangunan di Hotel Kalimantan Jalan Pangeran Samudera. Plaza itu lenyap seiring pasca meletusnya kerusuhan Jumat 23 Mei 1997. Bangunan Hotel Kalimantan tetap ada walau berganti-ganti nama menjadi Hotel Arum, dan kini bernama Hotel A. Di lokasi sekitar hotel ini berdiri pada tahun 1980-an terdapat klinik kesehatan milik tentara yang juga bernama Junjung Buih. Siapa Putri Junjung Buih? Dalam Hikayat Banjar ia dikenal sebagai istri Pangeran Suryanata. Konon, Putri Junjung Buih adalah putri raja pertama di Kalimantan. Menurut silsilah raja-raja Banjar versi legenda daerah, Putri Junjung Buih adalah anak Nabi Khaidir. Sementara sang su

Sejarah asal mula Banjarmasin

Di Kalimantan Selatan, wayang Banjar diperkirakan mulai dikenal antara abad 13 atau 14, tepatnya di Kerajaan Nagara Dipa, Amuntai (Hulu Sungai Utara). Dalam buku Urang Banjar dan Kebudayaannya (2005), disebutkan bahwa wayang Banjar berinduk pada wayang Purwa di Jawa. Mengenai hal ini, terdapat beberapa versi seputar asal-usul wayang Banjar. Informasi tertulis tentang masuknya wayang kulit purwa ke Banjarmasin terdapat dalam Hikayat Lambung Mangkurat. Di situ diceritakan, begitu Raden Sekar Sungsang beranjak dewasa, anak Kabu Waringin dari Kerajaan Dipa itu pun pergi ke pulau Jawa. Selama di perantauan, ia dengan rajin mempelajari berbagai seni budaya setempat, antara lain: seni wayang kulit purwa, tari topeng dan karawitan. Setelah dirasa mampu menguasai ketiga kesenian tersebut, Sekar Sungsang lalu kembali ke Banjarmasin dengan membawa segala peralatan pendukung, seperti satu tabela (peti) wayang, satu tabela topeng, plus satu pajak (set) gamelan. Tak lama berselang sete